Senin, 17 Juni 2013

KULINER PEMALANG

- Nasi grombyang,
 adalah sejenis nasi campur yang merupakan makanan khas dari masyarakat Pemalang, Jawa Tengah. Nama makanan ini berasal dari bentuk penyajiannya, yaitu antara isi dan kuah lebih banyak kuahnya sehingga kelihatan bergoyang-goyang (bahasa Jawa: grombyang-grombyang, artinya "bergoyang-goyang").
Ramuan nasi grombyang terdiri dari nasi, irisan daging kerbau dan kuah, disajikan dalam mangkuk kecil dan dilengkapi dengan sate kerbau. Ciri khas lainnya dari nasi grombyang terletak pada tempat jualannya yang berupa kuali besar, tempat nasi ditutupi dengan kain merah, diserta penerangan remang-remang lampu templok. Pembeli menikmati hidangan dengan duduk di kursi kecil pendek (dingklik).
Tidak diketahui dengan pasti kapan makanan khas ini mulai diciptakan. Namun menurut penuturan para orang tua di Pemalang, makanan khas nasi grombyang sudah ada sejak tahun 1960-an. Pada waktu itu penjual nasi grombyang menjual dagangannya secara tidak menetap, tetapi berkeliling kampung. Penjual nasi grombyang yang terkenal antara lain H. Warso di Jl. R.E. Martadinata di dekat alun-alun, serta H. Waridin di Sirandu dekat bekas terminal lama Pemalang.


- Lontong dekem,
 Lontong Dekem merupakan sejenis makanan dengan bahan utama lontong. Bentuk lontongnya sendiri seperti pada umumnya hanya yang membedakan dengan jenis makanan lontong lainnya adalah kuahnya. Kuahnya lebih encer. Bumbunya pun hampir mirip dengan Nasi Grombyang dimana ditambahi dengan irisan daun bawang.
Penyajian hidangan Lontong Dekem ini biasanya disertai dengan pasangan berupa sate ati ampela yang di goreng dan ditaburi serundeng. Oiya, Lontongnya sendiri ditaburi dengan remesan krupuk. Rasanya? Silahkan coba sendiri, dijamin melu-melu ndekem, hehe.
Makanan khas ini dapat dijumpai di kawasan Kuliner Pamalang di utara alun-alun kota Pemalang. Tepatnya di Jl. RE Martadinata. Di sana kita bebas memilih tempat mana yang ingin kita singgahi dan menikmati Lontong Dekem.
Harga perporsi Lontong Dekem sekitar Rp 7.000 sedangkan sate ati ampela yang menjadi pelengkap biasanya dihargai dengan Rp 2000-3000 pertusuknya. Harga yang manusiawi bukan? Hehe.


- Apem comal,
  Di Pasar Comal,sejak dulu dikenal mempunyai jajanan khas yang hingga kini tetap digemari oleh sebagian besar masyarakatnya,yakni Apem.jajanan favorit yang menjadi oleh-oleh Khas dari Comal.
Cita rasa Apem Comal yang terbuat dari tepung beras dan gula jawa, sejak dulu memang terus terjaga hingga kini.Rasa manisnya sangat pas dan tidak membosankan selera karena manis-manis legitnya yang khas.
Apem Comal dalam pembuatannya masih menggunakan cara-cara tradisional,namun justru inilah kekhasan jajanan ini tetap terjaga.

"Justru ini yang menjaga rasa,karena pembuatannya dari dalam hati penuh perasaan," kata Bu Hayati,pembuat Apem di Comal seraya mengacungkan jempol kedadanya.
Dari jenisnya, Apem Comal juga masih mempertahankan dua bentuk yang selisih harganya masih bisa dijangkau oleh semua kalangan, yakni bentuk sedang dipatok seharga Rp 500,dan apem besar seharga Rp 600. "Sangat murah, makanya rugi kalau ke Comal ga beli apem," rayunya.
Biasanya,saat menjelang datangnya lebaran,Bu Hayati bersama 30- an penjual Apem lainnya,penjualan apemnya akan lebih meningkat daripada hari biasanya,dimana penjualan apem mengalami peningkatan 3 hingga 4 kali lipat.
Ini sejalan dengan tradisi membawa oleh-oleh dalam bersilaturahmi lebaran.
Khusus untuk persiapan lebaran Hayati mengungkapkan, biasanya masyarakat akan pesan Apem Comal 2 atau 3 hari sebelumnya. Hal ini mengingat banyaknya warga masyarakat yang memenuhi Pasar Comal menjelang lebaran untuk berbelanja,sehingga dikhawatirkan akan kehabisan.
Pembeli apem sendiri umumnya tidak dari Kecamatan Comal saja,sebagaimana dituturkan Hayati, karena banyak juga yang datang dari luar kota,secara khusus menyempatkan diri untuk membeli apem.
"Banyak yang datang ketika mudik ke kampung, katanya untuk oleh-oleh buat dirumah. Tapi tidak itu saja, waktu balik lagi ke Jakarta juga banyak yang membawa oleh-oleh Apem Comal," tandasnya.
yaitu apem yang mempunyai rasa khas dan bentuknya besar yang bertatakan daun pisang.


- Kepiting Soka,
Produksi kepiting soka mentah sangat digemari diluar negeri, permintan pasar cenderung meningkat. Sedangkan kepiting soka yang sudah saus tiram atau kuah banyak digemari wisatawan. Menu masakan ini banyak ditemukan di sejumlah rumah makan di Pemalang.

- Sate Loso Pemalang
  Diantara beberapa sate yang terdapat di daerah Pemalang, sate Loso rupanya yang paling kondang. Sate ini bisa dijumpai di jalan Urip Sumoharjo Pemalang. Kedai sate ini cukup sederhana, tapi jangan sangsikan rasa olahan sate Loso beserta sup-nya yang gurih sekali. Olahan sate ini dahulu diciptakan oleh seorang warga Weleri yang bernama Loso. Kedai Sate Loso ini sekarang dilanjutkan oleh cucu dari Pak Loso.

Jika Anda senang makan sate namun takut kolesterol, mungkin sate yang satu ini bisa menjadi alternatifnya. Sebab sate Loso terbuat dari daging sapi atau kerbau muda. Sate dari bahan daging kerbau atau sapi konon rendah kolesterol sehingga cukup aman bagi penderita kolesterol, jantung, ataupun darah tinggi. Menurut cerita sapi dan kerbau yang masih muda dagingnya memang masih mirip. Di kedai ini, kita juga bisa memilih sate sesuai dengan keinginan kita, misalnya daging saja atau dengan jeroan.

Selain itu, Anda juga bebas memesan sesuai kebutuhan, bisa seporsi, setengah porsi atau beberapa tusuk pun akan dilayani. Selain bahan dagingnya yang menjadi ciri khas, sate ini juga dibacem terlebih dulu sebelum dibakar. Disajikan dengan bumbu kacang berwarna merah yang lembut dan rasanya sangat khas. Karena terbuat dari kacang yang dihaluskan ditambah bumbu-bumbu dari cabe merah sehingga membuat warna saus menjadi merah.

Uniknya, sate ini juga bisa dihidangkan dengan sejenis sup yang berisi urat, tulang muda, dan taoge. Rasa sup ini hampir mirip dengan soto kerbau khas Kota Kudus. Bisa jadi bumbunya memang  mengadopsi soto Kudus lantaran istri Pak Loso berasal dari kota Kudus. Rasa sup daging yang super empuk ini sedikit pedas, manis, asam, dan gurih. Dagingnya pun terasa wangi, karena daging yang digunakan hanya bagian has dalam.

Sate ini sangat cocok dimakan dengan atau tanpa nasi. Setiap harinya, warung makan ini sedikitnya mengolah 300 tusuk sate dari 10 kilogram daging dan jeroan. Jika saat hari raya tiba, biasanya jumlah sate yang diolah akan berlipat-lipat lebih banyak dari biasanya.

Cukup bikin penasaran bukan?